1. Badai pasti berlalu. Artinya : Koas pasti berakhir. Bersabarlah, anda yang memilih tempat yang berbadai, berarti anda harus menghadapi badainya. Tenanglah, sekeras-keras badai pasti lagunya melow juga, badai juga pandai main keyboard.
2.Buruk muka cermin dibelah. Artinya : ACC gagal, pasien dan dosen yang dibelah, eh disalahkan. Anda harus belajar introspeksi. Dimana kesalahan yang menyebabkan kegagalan tersebut. Apabila udah berhasil, saatnya duren yang dibelah, jangan cermin yang dibelah, guenya yang susah nyisir poni ntar.
3.Guru kencing berdiri, murid kencing berlari. Artinya : Semua guru harus kencing jongkok, termasuk guru laki-laki. Kalo nggak jongkok, muridnya bisa-bisa kencing sambil berlari-lari riang gembira memancarkan air
4.Surga di telapak kaki ibu. Artinya : Itu berlaku di rumah. Di dunia koas, surga di telapak kaki dosen. Artinya, jangan melawan dosen. Dosen adalah ibu kita di kampus dan klinik, jadi minta lah uang jajan.
5.Kacang lupa akan kulitnya. Artinya : Koas lupa akan jasnya. Ketinggalan di rumah. Bisa juga artinya koas yang lupa memakai bra.
6.Kalau tidak ingin terlimbur pasang, jangan berumah di tepi laut. Artinya : kalau ingin hidup yang tenang, jangan kuliah di FKG. Jadilah anggota DPR (oknum). Hidup tenang, uang lancar, di dunia terpandang, di akherat terpanggang. Eh?
7.Kepala boleh panas, tapi hati tetap dingin. Artinya : Di dunia koas, kepala boleh panas, asal isinya jangan kosong melompong. Kalo kepala mudah panas, eh isinya juga kosong melompong, apa modal mu untuk hidup nak??
8.Lebih baik satu burung di tangan, daripada 10 burung di pohon. Artinya : Jauhkan tangan anda dari burung , astaga!! salah, maksudnya lebih baik 1 pasien cabut radix tapi punya kita daripada 10 pasien GTP punya orang semua
9.Menuhuk kawan seiring menggunting dalam lipatan. Artinya :Orang yang sering merebut pasien teman sendiri, wajib digunting lipatan pahanya.
10. Merdeka atau mati!!! Artinya : Cepatlah lulus kawan, nyawamu taruhannya. Guanas e puol!!!
Semua peribahasa di atas cuma guyonan belaka kok. Jangan dimasukkan ke dalam hati. Ibarat kata pepatah, memang lidah tak bertulang. Jadi, selama lidah nggak ada tulang, yah saling mengerti lah. Memang begitu adanya. Sekian