Udah
baca buku kedua gue yang judulnya K.O.A.S, terbitan mediakita? Oh. Belum. Ya
udahlah. Udah baca “Buku Ajar Koas Racun” jilid I dan II yang ditulis oleh Koas
Racun, terbitan mediakita? Oh. Udah. Baiklah. Gue mulai aja ceritanya, ya. Jadi gini, setelah buku kedua gue yang judulnya
K.O.A.S udah rilis bulan Juli 2013 kemarin, gue iseng-iseng nulis naskah lagi
untuk buku selanjutnya. Nggak ada yang nyuruh sih, iseng aja. Kali aja bisa
terbit. Alhasil, setelah sekitar 5 bulan nulis, naskah yang gue tulis selesai
juga. Naskah yang udah kelar gue tulis, iseng-iseng gue tunjukin ke editor.
“Oke,
tunggu kabar selanjutnya,ya”, kata editor yang namanya sengaja gue samarkan.
Sebut saja Mas Bunga. Tak begitu lama kemudian, Mas Bunga menghubungi gue,
“Tom,
penerbit ada project, nih. Rencananya
mau bikin buku komedi keroyokan penulis dari FK, FKG, dan FKH. Naskah kamu
kemarin dijadiin bagian dari project”
Gue
senengnya bukan main dong. Kapan lagi bisa bikin buku keroyokan bareng
penulis-penulis lain. Jujur, dalam pikiran gue saat itu, bikin buku keroyokan
adalah penulis yang nulis buku bareng kumpul dan ngeroyokin editor sampai babak
belur. Kapan lagi penulis bisa ngeroyokin editor? Semoga Mas Bunga nggak baca.
“Sip,
Mas. Aku mau, Mas. Oh ya, Mas. Si Andreas “Koas Racun” terjun juga nggak?”
“Kayaknya
sih, nggak. Tapi dia udah diminta untuk nulis kata pengantarnya, kok”
“Kata
pengantar doang, Mas?”, tanya gue sedikit kecewa.
“Iya”
Gue
kecewa. Kok cuma kata pengantar doang, sih? Kenapa Andreas nggak nulis daftar
isi dan daftar pustakanya juga sekalian. Jujur, Andreas adalah salah satu
penulis yang menginspirasi gue. Menginspirasi kalo untuk jadi penulis buku
nggak perlu ganteng. Semoga Andreas baca. Amin. Gue berharap banget bisa nulis
bareng dalam satu buku dengan Andreas. Ternyata, seiring perjalanan, akhirnya Andreas
ikutan nulis dan terjun ke dalam project
ini. Mungkin setelah diancam bakal ditinggal nikah oleh Mas Bunga, Andreas jadi
takut. Yeah, yang penting dia ikut. Oh ya, Andreas yang gue maksud ini bukan Andreas Hiratas atau Johny Andreas, ya, tapi Andreas Kurniawan, penulis buku bestseller "Buku Kurang Ajar Koas Racun".
Kata
Mas Bunga, ada 4 penulis yang bakal ikutan project.
Gue, Andreas, dan 2 penulis misterius yang satu persatu akan gue perkenalkan
seiring tulisan gue berjalan. 2 penulis mewakili FK, 1 penulis mewakili FKG,
dan 1 penulis mewakili FKH, begitulah rinciannya. Selain Andreas, penulis lain
yang mewakili FK adalah (namanya agak panjang) Hima Cipta Nirmala Sekian
Sekian. Hima, seorang dokter di Bali yang sedang menjalani masa internship. Angkatannya 1 tahun
di bawah tahun angkatan gue dan Hima udah lulus. Bedebah kau, Hima!! Doi mengaku sebagai
seorang dokter yang gaul dan penggila foreplay,
eh, cosplay. Itu tuh, yang suka pake
kostum mirip tokoh anime Jepang. Alih-alih
mau mirip-miripin jadi kayak Maria Ozawa, bagi gue Hima kalo lagi cosplay lebih mirip Naruto atau Papa
Bakabon. Hima adalah satu-satunya penulis yang pipisnya jongkok dalam project ini. Karena namanya yang terlalu
panjang (gue juga nggak inget saking panjangnya), doi kebingungan memilih nama
pena untuk ditampilkan di buku. Gue pernah memberikan saran nama pena untuk Hima;
Hima Standard, Hima Pilot, Hima Faster, Hima Hi-Tech dan
Hima merk-merk pena lainnya. Gara-gara itu, gue hampir aja dipaketin Leak Bali
oleh Hima.
Rifky
Rizkiantino, penulis terakhir, mewakili FKH. Doi sedang menjalani kuliah di FKH
IPB. Doi mengaku terinspirasi ingin jadi dokter hewan setelah baca komik jepang
yang judulnya “Wild Life”. Menurut gue, doi bohong. Pasti judulnya bukan “Wild
Life”, melainkan “Wild Wife”, istri yang liar. Cih. Rifky paling kecil di
antara semua penulis. Ntahlah apanya yang kecil, silakan berasumsi
masing-masing. Bebas. Oh ya, Rifky juga sering di-bully oleh salah seorang editor, sebut saja Mas Agustina, karena
kepemilikan kumis tipisnya yang menjuntai menyamping. Tapi Rifky nggak pernah
marah. Soalnya, kalo Rifky marah, Rifky takut naskahnya diancam akan
dikeluarkan dari project. Alhasil
Rifky hanya bisa pasrah kumisnya dijadiin bulan-bulanan Mas Agustina, Mas
Bunga, Andreas, Hima, dan gue di grup chat.
Seringkali kalo grup lagi sepi, Rifky nyapu-nyapuin grup pake kumis lucunya
supaya grup nggak kotor. Kata Mas Agustina, kalo Rifky marah, kumisnya berubah jadi
pirang dan jabrik kayak manusia saiya super. Ah, nasibmu, Rif.
Setelah
perjuangan berat dari Mas Bunga dan Mas Agustina untuk menyatukan 4 kepala
penulis yang isinya hina dan tak senonoh, akhirnya Jreng!! Jreng!!
Jadilah
sebuah buku absurd yang berjudul “Cerita Bodor Koas” atau yang sering kami sebut dengan singkatan CEBOK. Entah bagaimana caranya judul itu bisa
terpilih. Setelah diskusi panjang di grup chat dan sering terjadi adu argumen
dengan saran judul masing-masing, terpilihlah judul tersebut. Andreas, dengan
ide cemerlangnya memberikan saran judul-judul yang oke. Begitu juga dengan Mas
Bunga dan Mas Agustina, ide-idenya oke punya. Gue, Hima, dan Rifky hanya bisa bikin proses pemilihan
judul menjadi kacau. Gue menyarankan supaya judul bukunya mendompleng
popularitas buku-buku yang udah jadi bestseller,
misal : Kambing Jantan Lagi Koas, Sepatu Dahlan Sedang Koas, La Tahzan Wahai
Koas, Supernova Edisi Koas, 5 Cm Panjang T*itit Koas dan lain sebagainya. Hima,
setiap diskusi pemilihan judul selalu minta izin ke jamban untuk mencari
inspirasi. Akibat kelamaan ngeden, begitu selesai dari jamban, diskusi udah
bubar. Rifky? Ah, sudahlah. Lupakan dia. Yang pasti kami nggak mau judul buku ini jadi “Buku
Bang Kumis” dan dijual per tusuk.
Penasaran
bagaimana jadinya buku hasil pemikiran kepala-kepala absurd ini?? Nantikan
kehadirannya ya di toko buku kesayangan anda. Sekarang belum beredar. Coming soon dan #JanganLupaCebok lah pokoknya.