Lebaran
adalah hari kemenangan bagi umat islam yang menjalankan ibadah puasa. Lebaran
akan tetap menjadi hari kemenangan walaupun kamu belum memenangkan hati
gebetan. Lebaran akan tetap menjadi hari
kemenangan walaupun kamu belum memenangkan ijazahmu. Semuanya berbahagia dan
bersuka cita. Namun, bersiaplah. Biasanya akan ada sedikit “luka” yang akan menggores
di hari kemenangan itu. “Luka” yang tergores oleh pertanyaan-pertanyaan yang
mampu bikin kamu menelan toples kue lebaran dari lubang hidung.
Beberapa
lebaran terakhir ini, gue, seorang mahasiswa tua yang lemah, selalu dijejali
berbagai macam pertanyaan yang kelihatannya biasa saja tapi bisa membuat
perasaan terhunjam perih. Mulai dari handai taulan, sanak saudara, mantan
pacar, mantan gebetan, bahakan sampai orang yang nggak pernah menyapa semuanya
tiba-tiba menjadi peduli dan akan menanyakan pertanyaan yang polanya sama. Kalian
juga tentunya pernah mengalami, kan? Pertanyaan yang bagaimana, sih?
1.
Kapan
kamu lulus?
Bagi mahasiswa telat
lulus kayak gue, pertanyaan semacam ini termasuk ke kategori pertanyaan yang
melanggar HAM. Siapa sih yang mau lulus lama? Siapa sih yang mau jenggotnya ubanan
di kampus? Siapa? Jawaaab! Gue udah bertahun-tahun menghadapi pertanyaan ini
tiap lebaran. Gue biasanya menjawab pertanyaan ini dengan :
a. Senyum
meringis
b. Menangis
c. Pura-pura
nggak denger
d. Menjawab
dengan “Hanya Tuhan yang tahu. Itu rahasia Ilahi”
e.
Phone
a friend
Kalo
gue lagi males menjawab pertanyaan tipe ini sewaktu silaturahmi, gue biasanya
menyamar jadi Pak Wiranto dan berhasil terhindar dari pertanyaan ini.
2.
Mana
pacar kamu?
Pertanyaan jenis ini
tidak menghargai kehidupan seorang jomblo. Biasanya orang yang melontarkan
pertanyaan jenis ini selalu menyertai pertanyaannya dengan tatapan menyindir,
penuh iba, atau mencibir, seolah-olah yang ditanya adalah sesosok makhluk yang
diobral dengan potongan 75% pun nggak bakal laku. Padahal, kan jomblo itu ada 3
jenis, jomblo karena emang belum laku, jomblo yang memilih jadi jomblo karena
nyaman dengan kejombloannya, dan biarawan/biarawati. Tips gue kalo ada yang menanyakan pertanyaan
ini, jawablah segera dengan, “Maaf, gue nggak bisa jawab. Bibir gue keseleo dan lidah gue kesemutan.”
3.
Kapan
kamu nikah?
Helloww? Itu urusan lo?
Plis, deh. Kenapa sih orang-orang seneng banget nanyain pertanyaan satu ini.
Kalo yang ditanya mau nikah, kan si penanya juga bisa tau karena nanti bakal ada
undangan. Jadi selama belum ada undangan, ya mingkem aja. Jodoh itu urusan Tuhan,
bukan urusan lo. Yang paling sedih dan tertusuk dengan pertanyaan jenis ini
adalah orang yang bahkan gebetan aja belum punya. Mau nikah sama siapa coba?
Tips menghadapi pertanyaan jenis ini :
“Kapan lo mau nikah?”
“Sebentar lagi, lah.”
“Wah, selamat, ya. Sama
siapa nikahnya?”
“Menikah dengan angin.”
4.
Kapan
mau punya anak?
Bagi orang yang udah
nikah dan belum punya anak, ini pertanyaan yang sensitif. Mana tau orang yang
ditanyain emang belum mau punya anak atau emang mau punya anak tapi belum
dikaruniai anak? Ada urusan-urusan tertentu yang kelihatannya biasa saja dan
remeh tapi sebenarnya itu bukan urusan lo. Batasi plis. Kali aja bisa bikin
orang lain tersinggung. Gue pernah sekali menanyakan pertanyaan jenis ini. Gue
malah ditampar. Hal itu bikin gue jera. Gue menanyakan, “Kapan lo mau punya
anak, sih?” ke teman SD gue dulu. Kebetulan teman gue itu seorang waria.
5.
Mana
THR nya?
Orang yang ditanyai
seperti ini, biasanya mengumpat dalam hati, “Gue belum lulus kuliah! Gue belum kerja!
Gue jomblo! Gue belum punya gebetan! Makan di
cafe aja gue pake kartu jamsoskes! Orang macam apa yang tega memalak
dari orang yang hidupnya miris kayak gue?!!”. Dilema juga, sih. Apalagi bagi
mahasiswa jomblo single belum lulus
dan belum kerja yang udah punya keponakan. Ya, namanya anak kecil biasanya
dengan polosnya ngomong, “Om, tante, minta THR dong.” Atau terkadang
orangtuanya berlagak polos dengan ngomong, “Nah. Minta THR sama om itu atau
tante itu, gih. Umurnya udah lumayan tua, masa’ nggak ngasih THR?”
Dilemanya di sini. Nggak
ngasih dikira pelit. Ngasih seribu-dua ribu rupiah dibilang bokek. Ngasih 50
ribu rupiah, terlihat kaya tapi bokek sesudahnya. Pertanyaan seperti ini jarang
sih sebenarnya. Tapi kan, selalu aja ada orang yang kurang peka, apalagi soal
duit.
Gue kalo dimintain THR
sama sepupu atau ponakan, biasanya gue kasih KTP gue sebagai jaminan. Setelahnya,
gue minta tolong bokap gue buat nebus.
So, siap lebaran, siap silaturahmi,
siap juga menghadapi pertanyaan-pertanyaan di atas. Brace yourself!